Minggu, 14 November 2010

lanjutan mukjizat nabi Nuh a.s

Kisah Nabi Nuh 2

Kisah Nabi Nuh 2.
Salam kami untukmu wahai Nabi Nuh.
Setelah persiapan yang panjang dari Nabi Nuh dan ummatnya untuk menaiki kapal, tibalah saat yang ditunggu-tunggu.
Siksa nyata dari Tuhan yang sekaligus untuk menenggelamkan kaum kafir.
Hujan lebat turun berhari-hari disertai petir. Air lautpun bergulung naik ke daratan. Karena ini siksa untuk menenggelamkan sebuah bangsa, kita bisa membayangkan bahwa sasarannya paling tidak, sebuah kota, pulau, atau benua.
Kalau sasarannya sebuah kota, sepertiya kurang pas. Kenapa? Karena hingga kini pencarian lokasi kapal bersejarah itu masih belum ditemukan. Berarti area pendaratannya juga sulit diduga, alias sangat luas.
Bencana tsunami rasanya belum apa-apa dibandingkan kedahsyatan penghapusan sebuah bangsa ini. Padahal melihat Tsunami yang hanya masuk beberapa kilometer ke daratan saja, akibatnya sudah demikian parah. Dunia bergidik dengan ratusan ribu korban bencana.
Berapa lama kira-kira luapan air laut dan curah hujannya? Tidak ada yang tahu. Dugaan kita, siksa itu berjalan lama dan menyiksa. Dan memang bertujuan untuk menyiksa di akhir ajal mereka. Bisa dibayangkan dengan proses pembuatan kapal Nabi Nuh.
Jakarta, Surabaya, dan kota-kota lain bila terlalu banyak dosa, hanya perlu beberapa jam untuk ditenggelamkan dengan model Tsunami. Dengan hujan deras beberapa jam saja, sudah sering timbul banjir hampir di seluruh pelosok.
Sementara itu, ketika hujan mulai tidak juga reda, kaum kafir mulai blingsatan melarikan diri tercerai-berai ke tempat yang lebih tinggi. Tiap kelompok di tiap kota, tersudut ke tempat yang tingginya berbeda-beda. Dari tempat itu mereka seakan di atas pulau-pulau kecil di tengah laut.
Air laut terus naik dengan gelombang dahsyat yang saling berbenturan mengerikan. Hujanpun makin deras dan turun dengan suara bergemuruh, disertai petir yang sambung menyambung memekakkan telinga.
Satu persatu mereka disapu gelombang. Ada yang sedang berlari saat diterjang air bah. Ada yang sedang tidak berdaya, menunggu ombak menyapu mereka. Ada yang masih berjuang naik ke bukit yang lebih tinggi, seperti putranya Nabi Nuh.
Saat Nabi Nuh mendekati anaknya yang kafir, beliau masih mencoba mengajak bergabung agar anaknya menjadi kelompok orang beriman.
“Yaa bunayya, irkab ma’anaa wa laa takun minal kaafiriin (Wahai anakku, naiklah bersamaku, dan janganlah kamu menjadi kelompok orang kafir)”. ajaknya.
“Sa aawii ilal jabali ya’shimunii minal maa’(Aku akan naik ke gunung yang akan menyelamatkanku dari air bah ini” jawab anaknya.
“Hari ini tidak ada yang bisa menyelamatkan dari siksa Allah wahai anakku” lanjut Nabi Nuh.

Belum selesai pembicaraan mereka, sang anak disapu gelombang yang sangat besar dan tenggelam.
Setelah menyapu habis orang kafir, gelombang mulai mereda. Demikian juga air hujan mulai berhenti. Kesemuanya atas perintah Allah.
Setelah mendarat, Nabi Nuh mencoba menanyakan perihal anaknya. Mengapa dia ditenggelamkan padahal termasuk keluarganya.
Allah menjawab: “sesungguhnya dia tidak termasuk keluargamu, karena dia bukan hasil didikan yang baik / innahu ‘amalun ghoiru shoolikh
Kesimpulan:
-    Banjir dan hujan bisa merupakan peringatan akan siksa Tuhan, akibat dosa-dosa penduduk suatu negara.
-    Allah mengingatkan kita, bahwa anak yang tidak mengikuti agama dari Allah adalah anak, tetapi tidak termasuk keluarga.

1 komentar:

  1. KING CASINO, LLC GIVES A $100 FREE BET
    KING CASINO, LLC GIVES A $100 FREE herzamanindir.com/ BET งานออนไลน์ to 1등 사이트 try. jancasino Visit us today and receive a $100 FREE BET! https://octcasino.com/ Sign up at our new site!

    BalasHapus